SYDNEY, KOMPAS.com — Para politisi independen Australia menolak rencana penggabungan atau merger bursa saham Australia dan Singapura. Alasan penolakan adalah karena faktor nasionalisme. Pihak Singapura mengatakan, merger itu seharusnya dapat memberikan keuntungan bagi kedua negara.
Ada rencana, bursa saham Australia akan dijual ke pengelola bursa saham Singapura seharga 8,4 miliar dollar Australia. Jika disetujui, merger ini merupakan yang pertama di Asia Pasifik.
Kesepakatan tersebut akan meningkatkan posisi Singapura sebagai pusat finansial kawasan dan menguntungkan investor Australia dengan akses lebih besar di pasar Asia. Saham perusahaan pengelola bursa saham Australia langsung naik lebih dari 20 persen, tetapi harga saham perusahaan pengelola bursa Singapura melemah 4,35 persen.
Merger tersebut, jika terjadi, akan menjadi yang kedua terbesar di kawasan dengan 2.700 perusahaan yang menjual saham lewat bursa itu. Namun, dalam hal nilai pasar, bursa baru itu berada di belakang bursa Hongkong, Tokyo, dan Shanghai.
Andre Wilki, salah satu dari tiga politisi independen yang membantu karier politik Perdana Menteri Julia Gillard, menentang. ”Saya tidak akan mendukung setiap rencana untuk mejual bursa Australia ke Singapura atau kepada kepentingan Singapura. Saya rasa bursa Australia sangat penting bagi perekonomian kita dan kedaulatan kita,” ujarnya.
Kesalahan besar Partai Buruh tidak akan dapat meloloskan undang-undang baru melalui Majelis Rendah Parlemen atau Senat tanpa dukungan dari oposisi Liberal-Nasional atau kubu independen dan partai minoritas.
Di bawah undang-undang Australia tidak boleh ada pihak yang memiliki saham bursa Australia lebih dari 15 persen. Setiap peraturan yang akan mengubah batasan tersebut harus diproses melalui Parlemen selama 15 hari. Pada masa ini politisi yang tidak sepaham dengan rencana tersebut dapat mencegah rancangan peraturan itu lolos.
Tony Crook, anggota Parlemen dari Australia barat, juga mengatakan, rencana penjualan bursa Australia kepada Singapura tersebut adalah sebuah kesalahan besar.
Chief Executive Bursa Singapura Magnus Bocker mengatakan, ”Arus modal yang masuk sekarang ini benar-benar mengubah arah angin dari Barat ke Timur. Hal itu akan menjadi pintu masuk ke pasar modal Asia.”
Menteri Luar Negeri Singapura George Yeo mengatakan, rencana tersebut seharusnya membuahkan keuntungan bagi kedua belah pihak dan dilakukan demi kepentingan bersama.
Dengan nilai merger 8,4 miliar dollar Australia itu, Singapura harus membayar 48 dollar Australia untuk setiap saham bursa Australia. Dengan demikian, Singapura akan menguasai seluruh saham di bursa Australia.
Bank Sentral Singapura secara tidak langsung memiliki 23 persen saham di bursa Singapura.
Menteri Keuangan Singapura Tharman Shanmugaratnam mengatakan, merger tersebut merupakan ”hal komersial”. Dia tidak menjawab pertanyaan mengenai bagaimana posisi pemerintah dalam rencana merger tersebut. (AP/AFP/BBC/Joe)