Dua bidadari dari langit yang membuka pintu rejeki

Baru kemari saya membaca buku menarik mengenai dua bidadari dari langit yang membuka pintu rejeki bagi kita.

Anda bingung kenapa rejeki tidak kunjung datang??
Anda bingung mengapa selalu ada pengeluaran padahal pendapatan terbatas??
Anda bingung dan tertekan karena kurang rejeki???

Saya bukan ahli nujum atau dukun yang bisa meramal atau memberikan Anda rejeki tapi saya ingin berbagi bagaimana pintu rejeki/berkah/berkat itu bisa terbuka??

Kita semua membutuhkan rejeki/berkah/berkat, napas pun adalah rejeki sehingga tidak ada satu orang pun yang tidak membutuhkan rejeki.
namun dalam kenyataannya, rejeki adalahh suatu hal yang telah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Ia melihat seberapa besar kapasitas umat-Nya dalama menerima dan mengelola rejeki tersebut.

Ada dua bidadari dari langit yang dapat membuka pintu rejeki kita, yaitu :
1. Bidadari pertama adalah orang tua, terkadang saya dan Anda suka menganggap remeh orang tua dan menilai mereka sebagai sosok yang hanya menyusahkan atau sebagai pribadi yang selalu melarang dan menentang setiap keputusan kita. Saya adalah umat nasrani, tapi saya kagum dengan pengajaran saudara kita dari agama Budha dimana mereka sangat menekankan rasa hormat kepada orang tua. Sangat idak dapat dipungkiri, rejeki seseorang pun diukur melalui rasa hormat/bakti anak kepada orang tua.

2. Bidadari kedua adalah pasangan Anda sendiri. Mengapa pasangan Anda menjadi bidadari kedua?? Saya rasa Anda semua sudah dapat menebak setelah memahami mengapa orang tua menjadi bidadari pertama.

Sekian sharing dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Salam sejahtera..

About riantiarno

Saya adalah mahasiswa Binus University yang mengambil major Computerized Accounting.. Selain mengikuti perkuliahan, saya pun menjalankan usaha di bidang percetakan skala kecil dan besar. Di sela kesibukan saya, ada kegiatan mengajar di kampus untuk membantu teman-teman mahasiswa lainnya khususnya para junior dalam memahami dan mendalami materi-materi perkuliahan yang sedang mereka jalani.
This entry was posted in tulisan sendiri. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *